![]() |
Penulis: Robby Bouceu Redaktur: Limya Oktaviani Ilustrator: Nurul Ramdhiany |
Tak ada lembayung di kotamu sore ini, bungaku, tak ada puisi
Yang
lahir dari rahim kupu-kupu. Adalah waktu, sekotak haru
Dan
bulir-bulir letih itu yang tak henti mengisi tabung hatimu
Lalu menjelma sesak yang tersesat,
setelah berkali dinista malu
Di
sudut sepi taman kotamu, yang tak tahu malu, membiarkan
Boneka yang dipeluk bocah itu menatap
rumahnya yang tinggal
Pintu
terbaring antara puing-puing batu, di satu sudut kotamu
Tak ada lembayung yang mekar sore ini,
bungaku, tak ada puisi
Yang lahir dari
rahim kupu-kupu. Mendung yang mengapung
Pelan di tasik matamu adalah mendung
yang juga mengapung
Di
tasik mataku. Angin berisik. Kau menggigil, sesaat menafsir
Sesak yang tersesat itu,
sebelum lirih berbisik: ‘Tak ada
puisi
Di
sini, Kasih, tak ada lagi!’ Aku terpaku, tak mampu menafsir
Bisikanmu, di depan puisi yang mengalir dari dua tubir matamu
Februari, 2019.
0 komentar: