![]() |
Penulis: Faris Al-Furqon Editor: Wanti Ayu Aprilian |
Pukul 11 malam,
Blue Stage masih ramai, bahkan semakin
ramai. Teriakan para pemain Teater Djati pun makin keras. Semua orang yang ada di sana, terlebih
sutradara dan asistennya semakin khusyuk menyaksikan lakon yang ditampilkan di
panggung. Di tangan mereka, tertulis banyak catatan tentang penampilan para
pemain kali ini. Malam itu, (11/11), Teater Djati tengah berlatih untuk pagelaran anyar mereka, “Pelacur dan Presiden” yang akan ditampilkan
pada 19 dan 20 November mendatang.
![]() |
Suasana latihan Teater Djati |
Pagelaran ini juga
sekaligus menjadi penanda ulang tahun Teater Djati yang kesembilan belas.
Naskah “Pelacur dan Presiden” karya Ratna Sarumpaet yang--sedikitnya--memiliki
kemiripan dengan novel “Perempuan di Titik Nol” akan dipentaskan. Pementasan tersebut melibatkan hampir seluruh anggota Teater Djati. Empat
angkatan aktif dari 2019 sampai 2016 tengah mempersiapkan pagelaran tersebut.
Berbagai kejutan
baru juga tengah dipesiapkan oleh Teater Djati. Mereka akan menawarkan konsep
dan berbagai hal yang berbeda dari pagelaran terakhir mereka, “Bila Malam
Bertambah Malam”. Sutradara pagelaran kali ini, Abimala, menawarkan konsep
multi panggung yang merepresentasikan lintasan waktu
dan karakter yang berbeda-beda. Hal tersebut akan menjadi hal baru yang dicoba Teater Djati untuk
pementasannya kali ini. “Untuk memperlihatkan latar waktu dan
karakter yang berbeda-beda, akan sangat membosankan bila menggunakan satu
panggung utama dan mengandalkan tata pencahayaan untuk memperlihatkan alur
waktu yang berbeda,” ujar Abimala saat ditemui pada sesi latihan. “Kami bakal
membuat tiga panggung yang memiliki peran berbeda dan secara bergantian
membawakan jalan cerita,” tambahnya.
Kejutan lainnya pun dibocorkan
oleh Gina, sebagai pemimpin prodksi. Ia menuturkan bahwa pada kali ini, Teater
Djati akan membawa suasana latihan ke pementasan. “Hal ini akan jadi kejutan,
dan sifatnya lebih ke improvisasi saja sih,” kata Gina. Namun,
Gina urung mengungkapkan suasana latihan seperti apa yang akan ditampilkan pada
pementasan mendatang.
Persiapan-persiapan
lain juga dipaparkan oleh asisten sutradara kali ini,
Sogen. “Aktor sudah siap 80 persen, tinggal menambahkan beberapa detail saja.
Artistik juga begitu,” kata Sogen. Ia juga mengatakan beberapa adegan yang
realis akan dimodifikasi menjadi lebih komedi dan absurd. Sogen pun
mengatakan bahwa pementasan kali ini
dilangsungkan selama dua hari, serupa dengan pementasan “Petang di Taman” yang
digelar pada tahun 2017.
Penata musik pada
pementasan kali ini, Ilham, juga menuturkan persiapan-persiapannya. Lagu-lagu
bernuansa stoner metal yang kental dengan distorsi gitar yang tebal akan
mengiringi jalannya pentas. “Isu-isu marjinal seperti ini akan kami iringi
dengan musik yang marjinal juga,” ujar Ilham yang telah mempersiapkan 4 lagu untuk
pementasan kali ini. Ilham pun mengatakan bahwa keempat lagu yang disiapkannya akan
menggambarkan kondisi psikologis pemeran-pemeran yang bermain di atas panggung.
Dari segi artistik
dan tata panggung, Rizky menuturkan bagaimana persiapannya. Mulai dari jeruji
penjara, wc, pohon, dan beberapa properti lain sudah rampung. “Ini semuanya
sudah 70 persen, dan semua bangunan yang kami buat sudah menemukan bentuknya.
Mungkin tinggal detailing sedikit
yang harus ditambahkan,” kata Rizky sambil menggergaji kayu saat diwawancara.
Rizky juga mengungkapkan bahwa ketiga panggung yang menggambarkan karakter yang
berbeda akan menyuguhkan tata panggung yang berbeda. “Panggung kanan yang
absurd, kiri yang surealis, dan tengah yang realis, akan membutuhkan banyak
properti dan persiapan yang rumit,” ujarnya.
Waktu pementasan
yang semakin dekat juga memperlihatkan animo masyarakat FIB yang tinggi atas
pementasan ini. Gina menuturkan bahwa dari tahun ke tahun animo ini semakin
meningkat. “Bahkan tadi saat menghubungi orang sound, dia bilang anak Fikom juga banyak yang menanyakan tentang
pementasan kami,” ujar Gina denga antusias.
Tiket pementasan pementasan kali ini bisa dipesan mulai dari sekarang dengan harga 20 ribu
Rupiah. Tiket juga bisa dibeli pada saat hari H seharga 25 ribu Rupiah. Setelah
melihat kejutan-kejutan dan berbagai persiapan yang telah dipersiapkan Teater
Djati untuk pementasan kali ini, kini
giliran Anda menyiapkan diri untuk menonton pementasan tersebut, sebab “Pelacur
dan Presiden” akan menyuguhkan banyak hal yang mungkin tidak pernah Anda
saksikan sebelumnya.
0 komentar: